Langsung ke konten utama

Rupanya Aku Sempat Jatuh Hati

Di antara kios mie ayam bangka dan rental komputer, aku tinggal. Deretan samping kampus negeri di Jakarta. Kontrakan 4 petak yang terdiri dari teras depan, ruang tamu bersekat dengan kamar tidur tempat kami menaruh kasur lipat, lalu kamar mandi yang berukuran sepertiganya kamar tidur. Aku tinggal di sana tahun 2009 dan 2010 saat semester 4 dan 5 bersama Natra dan Novi dari jurusan lain. Jadi kami menyebutnya Kosan 3 N: Natra, Novi, Nina. Nina pertama menikah, lanjut Novi menikah dan terakhir Natra menikah dengan teman KKN kami. Novi sudah menjadi karyawan BPPT sekarang. Nina berwiraswasta, dan aku tidak tahu kabar Natra sekarang. Saat itu, aku sedang mengerjakan tugas kuliah. Merangkum jawaban esai, soal dari dosen. Sampai kemudian Natra memanggilku. "Nin, ada yang nyari tuh di pager!" Aku merasa heran. Tak terpikir siapa yang menyambangi kosanku di hampir maghrib begitu. Aku merasa tanggung untuk menyelesaikan nomor tugasku. 'Laki-Laki??' Novi dan Natra saling bertanya. 'Novi pun meledekku. "Buruan tu Nin, ada yg mau ketemu" Akhirnya kuhentikan penaku lalu beranjak ambil jilbab dan keluar dari kosan nomer 3 itu. Dari jauh aku menerka siapakah? Teman sekelaskah?. Teman LDK-kah? Kudorong pagar yang terbuat dari seng berbingkai balok kayu itu lalu kutemui sosok kurus tinggi berambut lurus yang ketika aku melongok, ia menyodorkan sebungkus nasi padang kepadaku. Aku kenal orang itu. Dia temannya temanku di kelas. Temanku meledekku bersanding dengan nama orang ini. Aku hanya bertanya dalam hati. Dulu aku tidak banyak berkata-kata. "Terima kasih". Langsung ku masuk lagi. Aku kembali ke kontrakan kosan sambil membawa nasi Padang dan disoraki teman-temanku. "Cie...Nina... Dapet nasi Padang dari siapa tuu..." Aku hanya tertawa dalam hati dan salting mengelak mereka. "Siapa Nin... Siapa Nin?" "Wah Pajak Jadiannya Donk!" (Padahal apaan, dah mereka. Jadian juga kagak) Bodohnya aku, malah langsung mengambil pemberiannya seolah aku memesan nasi padang darinya xp xp Harusnya aku bertanya, dalam rangka apa? Tujuannya apa memberi itu? Tapi dasar aku, mengajukan pertanyaan saja culun😭 Dia. Seorang laki-laki dari fakultas dekat pagar yang merupakan saudara dari teman sekelasku. Dua orang temanku memang menggodaku dengannya. Mereka bilang, Nina cocok sama Dia, anak lulusan pesantren yang kuliah di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang di beberapa pertemuan kajian dari Lembaga Dakwah Kampus, aku melihatnya dan sempat mendengarkan pertanyaannya yang memakai bahasa yang rapi, serius, dan bertujuan. ©©©©©. Itu namanya. Aku ingat dia pernah memberiku sebungkus nasi padang isi ayam bakar, sambal ijo, lalap daun singkong, juga kuah gulai nangkanya. Aku juga dikenalkan dengan adiknya yang berkuliah satu tempat dengan kami. Makan bakso bersama, tapi katanya, aku seperti orang aneh karena saat itu aku masih menjadi orang yang eksklusif. Heheu.... Berkali-kali aku berpikir, memang apa yang membuatnya baik padaku sampai-sampai memberiku nasi padang begini? Aku tersenyum. Tapi saat itu pikiranku begitu ramai dengan hal lain, tidak untuk dia. Bahkan sampai akhirnya dia mengajakku beli pohon kedondong di dekat Ragunan. Karena katanya pulangnya ke arah yang sama, aku terima kebaikannya untuk mengantarkanku pulang ke rumah orang tuaku. Sungkan sebenarnya boncengan di motor Suzukinya. Juga tidak banyak kata yang keluar untuknya. Aku tidak kenal dia siapa. Mungkin dia yang mengamatiku. Aku hanya percaya dia baik. Hanya ikut menemani dia mau membeli tanaman, sekalian nanti pulangnya diantar sampai rumah orang tua. Tampaknya ia menyukaiku.. Aku tak tahu apa ada orang lain di hatinya, di harinya saat di kelas, atau apa yang membuat ia begitu tertarik kepadaku. Aku menolaknya. Aku hanya tidak ingin merasakan sesuatu yang gila yang tidak menjadi orientasiku. Tugas-tugas kuliahku sudah cukup berat. Di samping itu, aku masuk kampus itu di tahun kedua kelulusanku dari SMA. Ini artinya, usiaku lebih tua satu tahun di atasnya. Aku berniat, ia hanya menjadi kenalanku, teman laki-laki yang baik, tidak lebih. Ia kupanggil teman karena perhatian padaku. Aku tidak banyak punya teman laki-laki saat itu. Suasana tempat aku kuliah sungguh politis. Dan akupun terjerat di dalamnya. Kami menjadi terkotak-kotak. Berkutub-kutub oleh partai dan bermacam himpunan mahasiswa. Yang background SMA mendekat ke anak lulusan SMA. Pun yang dari pesantren, nyambungnya ke teman dari pesantren juga. Aku dan dia berbeda, pikir picikku saat itu walau sebenarnya Islam ini luas, tidak pantas diklaim hanya segelintir kalangan. Agar tidak memberikan harapan palsu, aku memberitahukan kepadanya bahwa ada orang lain satu fakultas denganku. Saat itu memang ada mahasiswa satu fakultas yang aku merasa crush bila berpapasan dengannya. Di lift, tangga, atau pintu kelas. Karena kegencarannya buat SMS untukku, aku tak sadar beberapa kali ia menjadi tempatku bercerita atas susahnya jadi pelajar teknik. meski ia menaruh harap. {jahatnya aku😭😭} Akhirnya, kami sama-sama tau bahwa kami anak pertama dari lima bersaudara yang mendapat didikan keras dari ayah kami terkait syariat. Aku tidak bisa membacanya saat itu; kegemaran, kecenderungan, dan potensinya. Yang aku tahu dari perkenalan singkat itu, ia masuk ekskul taekwondo, fasih berbahasa Inggris, juga memiliki sifat sabar dan murah hati Mungkin ada yang dia lihat dari aku yang sudah terlihat begitu lelahnya, sehingga mendorong dia untuk memberikan nasi Padang itu. xixixix Pada 2012, saya masih belum juga lulus kuliah, tetapi aku menikah, dinikahi orang lain yang aku tanya padanya: "Jangan harapin ana lagi. Ana sudah dilamar orang" "Siapa?" tanyanya. "Ana kenal orangnya ngga?" sambungnya lagi. "Nggak", jawabku. "Anak kampus lain". Setelah itu, percakapan chat berhenti. Aku pun menikah. Namun di hari pernikahan, aku merasa tidak nyaman dan merasa ingin lari. Tapi aku belum paham apa yang mendasari pikiranku itu. Kembali ke perjalanan di tengah gerimis sepulang kuliah ke kebun tanaman buah yang dijual, ia membelikanku (lagi) pohon kedondong. Pohon kedondong ini tetap subur mesi ditaruh di pot, bahkan saat saya telah memiliki anak. Ada kecemburuan yang kurasa saat ia telah lulus duluan. Juga ada hasrat ingin mendatangi hari wisudanya tetapi aku menahan diri. Hari menikah tiba. Tempat menikahnya jauh di dekat Monas. Aku paham ia pasti kecewa maka tak kuundang. Aku menikmati masa bersama orang yang menjadi suamiku. Sementara di keheningan, aku memiliki rasa penasaran lalu membuka facebooknya dan kulihat ia mendaki gunung, terlihat seperti orang yang kehilangan sesuatu, juga main badminton. Dulu ia kurus kerontang tetapi di foto di kaki gunung Semeru itu, aku melihat tubuhnya lebih terisi. 😶😶Lebih ganteng. Ia menjadi guru di SMP Islam Terpadu sekarang. Kadang juga masih berbagi cerita walau hanya lewat tulisan. Aku merasa sangat bersalah. Aku ingat janjinya jika sudah bersama, dia punya niatan akan membangun TK di jatah tanah tidak jauh dari rumah orang tuanya. Dia yang charming kukenal, cara berjalannya seperti Rasulullah menuruni tangga, tampaknya saat itu aku ingat aku telah menyukainya. ~~~~ Apakah nikmat, menjalani hidup tapi memikirkan orang lain yang tidak bersama kita? Ibarat jauh panggang dari api. Meski di dalam hati, aku merasakan ada sesuatu yang salah sehingga tidak jarang aku kembali menangisi yang ada. Ketika suamiku ada hal-hal melenceng yang tidak bisa kuterima, aku masih menghubunginya menanyakan apakah laki-laki seperti itu, apa yang sedang terjadi kepada suamiku..mengapa begitu? Jawabannya sungguh menenangkan. Tapi aku tau itu tidak diperkenankan. Kami paham syariat dan sangat takut melewati batas-batas. Maka ia kusarankan cepat menikah. "Carilah penggantiku." pesanku. Ia sempat minta dicarikan dan minta dipertemukan. Aku pun sempat mencarikan muslimah berakhlak baik yang enak dilihat. Apakah ia begitu terobsesi padaku? Aku juga ingat. Tidak lama dari Idul Fitri, ia pernah datang ke rumah orang tuaku bersama seorang temannya yang bertubuh gempal. Aku ingat wajah temannya sampai sekarang. Yang menemaninya masuk ke ruang tamu rumah mamah dan aku menerima mereka sebagai tamu ditemani mamah dan ada sebuah bingkisan besar hampers Idul Fitri. Dia juga sempat cerita ada orang yang sudah dekat dengannya juga menunjukkan fotonya padaku. Bahkan berjanji kalau sudah ketemu, akan double date. Tetapi aku memberikan saran yang berbeda, bahwa perempuan yang modis dan memakai contact lens, biasanya gaya hidupnya tinggi. Lebih baik jangan yang itu. Tetapi ia tak menuruti. Aku bukan dia yang bisa menggeser isi hatinya. Akhirnya dia menikah dengan orang itu sekarang. Apakah aku bahagia? Aku senang ia mendapatkan tambatan hatinya. Peneguh saat goyah, periang saat sendu dan jemu. Aku berbahagia untuknya. Dengan mengenalnya, aku melihat sendi-sendi yang sebelumnya tidak kulihat. Aku melihat keluarga sebagai support system yang sempat kuacuhkan sebelumnya karena merasa lebih. Kata maaf tidaklah cukup. Semua telah menjalani takdirnya masing-masing. Kami hanya bisa mengintip satu sama lain dari jauh. Pun, ada rasa ingin ketemu ngobrol seperti tidak ada hal apa-apa sebelumnya tetapi aku malu. Juga takut. Juga merasa tidak pantas. Pun jika ingin minta maaf atas waktu yang telah terlewati, impian telah kandas, pun cinta yang terhempas. Maka, buat apa mengingatinya lagi?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurusan Kuliah untuk Anak IPA dan IPS

Bagi anak SMA, Memikirkan akan kuliah kemana dan mengambil jurusan apa sudah dilakukan sejak awal bahkan sejak kelas 10. Sebab, itu mempengaruhi saat memilih jurusan IPA atau IPS bagi anak kelas 10. Maka dalam mengambil jurusan harus dipikirkan matang-matang dan harus mendukung untuk menentukan jurusan yang akan dipilih saat kuliah. Sebagai gambaran, Berikut ini saya beri daftar jurusan kuliah yang cocok untuk IPA dan IPS. IPA Teknik Informatika Teknik Elektro Teknik Mesin Teknik Industri Teknik Perminyakan Teknik Kimia Teknik Komputer Teknik Pertambangan  Teknik Sipil Teknik Metalurgi dan Material Teknik Fisika Teknik Penerbangan Teknik Perkapalan Teknik Planologi  Teknik Lingkungan Teknik Geologi Teknik Bangunan  Ilmu Komputer Teknologi Pangan  Biologi Kimia  Sistem Informasi Kedokteran Kedokteran Gigi Kedokteran Hewan  Arsitektur Farmasi Bioteknologi/Teknobiologi  Ilmu Kelautan Agronomi Agroekoteknologi  Agribisnis Pendidikan Matematika Pendidika

Info Kolam Renang Khusus Wanita di Jakarta

Assalamu’alaikum. Renang merupakan olahraga favorit banyak orang, dari anak-anak sampai dewasa. Dan saat ini muncul banyak tempat yang menyediakan fasilitas kolam renang. Tetapi bagaimanakah seorang muslimah jika ingin berenang? Pastinya tidak boleh campur dengan lawan jenis kan. via ummu-kholil.blogspot.com Jangan sedih dear, kalian semua memiliki kesempatan untuk menikmati dan bersantai di kolam renang dengan nyaman dan lebih leluasa. Postingan kali ini,  hellohijabers  share daftar kolam renang di Jakarta dan sekitarnya. Info ini didapat dari Instagram Ukhti  Amalia Dian Ramadhini  (Founder @PeduliJilbab ) Berikut 9 rekomendasi Kolam Renang Khusus Wanita di Jakarta dan sekitarnya :. 1. Yayasan Al-Jannah. Jl. Gudang Peluru B1 No.4, Tebet, Jakarta Selatan. Ph.+62 21 8311 1157. Harga tiket masuk Rp. 15.000 untuk perenang dan Rp. 5000 untuk pengantar. 2. Al-Hakim. Jl. Anugerah Rayano.107, Jatiwaringin, Pondok-Gede, Bekasi. Ph. (021) 8463916, (021) 8477208, (021) 934484

Kangen Njid

Tiba-tiba teringat 'njid', kakekku. Dulu waktu saya masih SD suka dititip nginep di rumah beliau di Cipinang Muara. Secara, mama saya punya anak lagi saat saya masih 1 tahun 4 bulan.. Njid adalah istilah untuk kakek dalam bahasa Arab. Njid saya adalah orang pintar. Beliau memahami bahasa Arab, Inggris, Jepang, dan sedikit Bahasa Belanda. Selain itu, di saat dulu pribumi tidak ada yg bersekolah kecuali anak pejabat dan anak pintar, kakekku termasuk yang direkrut agar bersekolah karena pintarnya. Perawakan kakekku tinggi 190 cm, bermata besar (belo), berhidung mancung layaknya orang Arab, dan berkuping caplang. Ini sebabnya kami cucu-cucunya, kupingnya kelihatan semua (caplang). Kata orang, mau peduli dan mau mendengar. Njid beristrikan nenek yang kami panggil ibu'. Ibu perawakannya sangat pendek, yakni mungkin hanya 145 cm. Tetapi ibu' sangat penurut dan penyabar. Kata mama, ini sifat yang diturunkan padaku. Waktu-waktu senggang ibu' diisi dengan kegiatan berman