Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2022

Jangan Menjadi Seperti Radwati

Radwati adalah seorang wanita kelahiran 1953 yang menikah dengan seorang pria agak tua selisih 10 tahun di atasnya. Setelah Radwati menikah, ia memiliki 3 orang anak yang kesemuanya mendapatkan limpahan kasih-sayang. Suami Radwati seorang pekerja di bank pemerintah, dulunya. Radwati masih berusia 22 tahun saat mengenal suaminya, Bambu. Bambu seorang pria keturunan Madura yang bertubuh gempal, berambut keriting, dan berbulu lebat di banyak bagian tubuhnya. Bambu adalah suami yang baik. Ia tidak pernah berputus-asa dan pekerja keras agar kelak anak-anaknya bisa hidup berkecukupan. Bambu dan Radwati memberi nama anak pertama mereka Doni, Rima, dan Arif. Radwati termasuk perempuan berkemauan kuat sehingga saat anak-anaknya tersudut, ia akan membela mati-matian sehingga anaknya lupa berintrospeksi dan menganggap masalahnya sudah tuntas. Radwati lupa mengaharkan kepada anaknya arti menyayangi orang lain, arti kepekaan, juga solidaritas. Rasa sayang Radwati ke anak-anaknya menyebabkan

Bukan Pernikahan Paksaan

Masih saja Tiana meratapi rasa sedihnya pisah dengan teman baiknya sewaktu di bangku kuliah. Ia dinikahkan dengan seseorang yang lain yang baru ia kenal. Tiana menerima karena menghargai pilihan yang datang melalui teman ibunya. Tentunya ini membawa konsekwensi tersendiri di hati seorang Tiana. Siapa sangka, Tiana yang kalau orang luar melihatnya ramah, lembut, tidak suka membahas aib orang lain, kini menjadi berseberangan. Tiana bercerita kepadaku bahwa sebelum ia menggelar acara lamaran, saat ia akan ke pasar grosir untuk membeli perlengkapan seserahan bersama calon suaminya, tas dompetnya terhempas di mana di dalamnya ada KTP, SIM A, SIM C, Kartu mahasiswa, kartu perpustakaan kampus, kartu donor darah, dan kartu ATM. Sebelum menikah, Tiana tak mengira itu hanya firasat. Namun setelah menikah dengan seseorang yang bukan harapannya, Tiana baru menyadari bahwa kejadian itu mungkin adalah upaya Tuhan untuk memberitahu sesuatu. Tiana dan suaminya hanya beda dua tahun. Keduanya semp

Seperti Pernikahan yang Seharusnya

Mengenal orang yang kemudian kita panggil pasangan hidup, itu berlangsung seumur hidup. Tidak cukup bagi kita untuk mengenalnya hanya sebulan dua bulan. Karena fase kehidupan selalu bergulir dan itu memerlukan penyikapan yang benar. Yang menjadi masalah kemudian adalah bukan dari masalahnya tetapi cara menyelesaikannya. Hampir saja saya menggugat untuk melepas status. Sudah tanya-tanya ke konsultan hukum malah. Waww banget ya. Yang harus kita ingat, iblis itu berpesta dan bersuka-ria jika berhasil merusak hubungan pernikahan yang di dalamnya ada anak. Yang harus kita perhatikan adalah, bagaimana menjaga pernikahan biar langgeng. Berarti kita harus berupaya menyenangkan pasangan karena lambat-laun, rasa cinta itu pasti terkikis. Kesenangan hati, rasa bahagia bersama keluarga itu harus dihidupkan sehingga api pernikahan tidak padam. Kalau kita selaku pasangan senantiasa buat kekecewaan, hal yang bikin pasangan hilang rasa, tidak mustahil pernikahan menjadi rusak, termasuk g